Breaking News

Sell in May” Masih Relevan? Investor Diminta Cermat Baca Situasi Pasar

  


Jakarta, suarajatimonline— Setiap kali kalender bergeser ke bulan Mei, istilah klasik pasar saham “Sell in May and Go Away” kembali jadi bahan perbincangan. Strategi musiman ini menyarankan investor untuk keluar dari pasar saham saat musim panas dan kembali masuk pada akhir tahun, biasanya Oktober. Namun di tengah pasar yang semakin dinamis, para pelaku pasar diminta untuk tidak sekadar mengikuti pepatah lama tanpa analisis mendalam.

Head of IPOT Fund, Dody Mardiansyah, mengingatkan bahwa pendekatan seperti “Sell in May” tidak bisa diterapkan secara membabi buta. Menurutnya, perilaku pasar di Indonesia cenderung berbeda dengan pasar di Amerika Serikat, tempat di mana frasa ini pertama kali populer.

"Pasar kita punya karakteristik yang khas. Ada faktor domestik seperti kinerja emiten kuartal pertama, perkembangan inflasi, hingga kebijakan suku bunga Bank Indonesia yang juga sangat berpengaruh,” jelas Dody.

Meski secara statistik di beberapa tahun tertentu pasar memang lesu pada bulan Mei, Dody menekankan bahwa tidak semua tahun mencerminkan pola tersebut. Ia mencontohkan bahwa pada tahun-tahun dengan sentimen positif, seperti stimulus fiskal atau pemulihan ekonomi, pasar justru bisa menunjukkan tren naik di bulan Mei hingga pertengahan tahun.

“Investor ritel maupun institusi sebaiknya menilai situasi ekonomi makro secara lebih menyeluruh, ketimbang hanya mengikuti frasa pasar secara harfiah,” tambahnya.

Bagi investor yang ingin bertahan di pasar, Dody menyarankan strategi diversifikasi dan pemantauan ketat terhadap sektor-sektor defensif maupun yang menunjukkan pemulihan kuat. Sektor konsumer, infrastruktur, dan energi dinilai masih menjanjikan, tergantung pada perkembangan global dan regional.

“Jangan menjual hanya karena ‘Mei’. Lihat peluang, amati data ekonomi dan laporan keuangan emiten. Ada banyak yang bisa dimanfaatkan oleh investor cermat,” pungkasnya. (Red.R)

0 Comments

© Copyright 2022 - SUARA JATIM