KEDIRI, suarajatimonline – Para pria perlu lebih waspada terhadap kesehatan mental mereka. Pasalnya, data terbaru menunjukkan bahwa jumlah penderita gangguan jiwa berat (ODGJ) di Kabupaten Kediri didominasi oleh kaum pria.
Menurut catatan resmi Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri hingga April 2025, total terdapat 3.531 penderita ODGJ, dan lebih dari 58 persen di antaranya adalah laki-laki.
“Jumlah ODGJ laki-laki mencapai 2.077 orang. Sedangkan yang perempuan ada 1.454,” ujar Kepala Dinkes dr. Achmad Khotib melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Bambang Triyono Putro, dalam keterangan tertulisnya.
Meskipun demikian, dr. Bambang menekankan bahwa jenis kelamin bukanlah faktor penyebab utama terjadinya gangguan jiwa. Menurutnya, kondisi tersebut lebih sering dipicu oleh tekanan hidup, tanggung jawab yang besar, serta faktor kompleks lainnya seperti genetik, lingkungan, dan kondisi psikologis.
“Tidak bisa disimpulkan hanya karena laki-laki. Tapi bisa jadi beban sosial dan tanggung jawab memicu tekanan yang berat. Gangguan jiwa itu multifaktor,” jelasnya.
Sementara itu, menurut pengamat sosial Elis Yusniyawati, kaum pria cenderung menyimpan tekanan batin tanpa penyaluran yang sehat. Anggapan bahwa pria harus kuat dan tidak boleh menunjukkan kelemahan justru menjadi bumerang.
“Pria sering kali meremehkan stres. Tidak merasa perlu curhat atau mengelola tekanan emosional. Padahal, stres yang tidak ditangani dengan baik bisa memicu gangguan mental serius,” jelas Elis, yang juga Komisioner Komisi Informasi (KI) Jawa Timur.
Ia menambahkan bahwa hormon estrogen pada wanita sedikit banyak membantu perempuan lebih stabil secara emosional, terutama saat menghadapi masa-masa sulit. Inilah yang bisa menjadi salah satu faktor mengapa perempuan lebih mampu bertahan secara mental.
Dokter spesialis kejiwaan dari RS Bhayangkara Kediri, dr. Roni Subagyo, Sp.KJ(K) menyebut bahwa ODGJ umumnya merujuk pada penderita skizofrenia, yang terbagi dalam beberapa jenis.
“Ada dua tipe yang paling sering ditemui, yaitu skizofrenia hebefrenik (kacau/disorganisasi) dan paranoid. Yang pertama lebih banyak diderita oleh laki-laki, dan memang gejalanya lebih mudah dikenali,” paparnya.
Skizofrenia hebefrenik, lanjut dr. Roni, sering ditandai dengan perilaku yang aneh dan tidak terorganisir, yang membuatnya lebih mudah terlihat oleh masyarakat awam. Berbeda dengan tipe paranoid yang kadang tampak seperti orang normal, meski sebenarnya memiliki delusi atau rasa curiga berlebih.
Fakta bahwa sebagian besar penderita ODGJ di Kabupaten Kediri adalah pria menunjukkan perlunya edukasi tentang pentingnya kesehatan mental, terutama bagi kaum pria. Masyarakat masih perlu didorong untuk menghapus stigma, agar penderita bisa mendapatkan pertolongan sejak dini.
"Stigma dan tekanan sosial terhadap laki-laki agar selalu tampil kuat justru membahayakan kesehatan mental mereka. Sudah saatnya kita membangun budaya terbuka dalam mengelola stres," tutup Elis. (red.R)
0 Comments